Oleh: Hj Irena Handono
Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center, Pimpinan Umum Gerakan Muslimat Indonesia
Akhir-akhir ini media masa cetak maupun elektronik dihebohkan dengan berita tentang wabah flu babi. Tak hanya di Indonesia, tapi perbincangan hingga berlanjut pada pengambilan langkah preventif telah dilakukan di berbagai negara.
Perilaku babi
Menarik ketika seorang Imam menjelaskan kepada beberapa orang Barat yang bertanya tentang kenapa Muslim tidak mengonsumsi babi. Bagi muslim, babi adalah haram, bukan karena penyebab dari penggunaan babi dan segala unsurnya, namun hal yang terpenting karena memang Allah SWT telah mengharamkan babi bagi manusia.
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yangjatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala." QS Al Maidah [5]: 3.
Adapun temuan berikutnya yang mengatakan bahwa ternyata babi berefek buruk ini dan itu, maka hal tersebut adalah hikmah dari pelarangan Allah. Bukan alasan bagi pelarangan-Nya.
Kemudian sang Imam ini menunjukkan pada orang-arang Barat tersebut dengan membandingkan perilaku babi dan ayam. Ketika dua ekor ayam jantan dan satu betina dilepas, dua ayam jantan itu akan bertarung hingga salah satu tewas untuk memperebutkan sang betina. Namun apa yang terjadi ketika dua ekor babi jantan dan satu betina diiepas? Ternyata babi jantan yang satu membantu jantan yang lain untuk melaksanakan hajat seksualnya pada si betina. Dan sang Imam pun berkata, "Inilah! Daging babi itu sesungguhnya membunuh 'ghiroh' orang yang memakannya dan ini terjadi pada kaum kalian."
Mengapa Kristen makan daging babi?
Sesungguhnya pelarangan Allah atas babi ini tidak terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW saja, namun pelarangan atas pengkonsumsian babi sudah terjadi sejak dahulu kala. Yang masih terekam adalah pada syariat yang dibawa semasa Nabi Musa, dalam Imamat 11:7-8 yang berbunyi "Jangan makan babi. Binatang itu haram, karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tak boleh dimakan dan bangkainya pun tak boleh disentuh karena binatang itu haram." Larangan serupa juga tercantum di kitab Ulangan 14:8, Yesaya 65:2-4 dan Yesaya 66:17. Dan semua larangan ini masih jelas tertulis dalam kitab 'suci' umat Kristen yang disebut Bibel.
Mengapa Kristen justru memakan daging babi? Pertama, mungkin mereka tidak banyak tahu tentang kitab mereka. Kedua, ayat-ayat Bibel yang dikarang oleh Paulus yang menyatakan bahwa segala makanan adalah suci (Roma 14:20), juga pernyataan yang menyatakan bahwa Yesus telah meniadakan hukumTaurat (Efesus 2:14-15) yang termasuk di dalamnya keharaman daging babi.
Padahal kenyataannya, Yesus sendiri tidak pernah mengatakan demikian. Bahkan di dalam Matius 5:17-20, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa dirinya tidak pernah sedikitpun menghapuskan hukum yang telah ditetapkan di dalam Taurat (Perjanjian Lama). Di lain ayat juga dinyatakan dengan jelas bahwa pengikut Yesus yang setia tetap menjaga diri dari makanan haram dan najis (Kisah Para Rasul 10:14).
Perlu juga diketahui bahwa Paulus adalah bukan termasuk dari 12 murid Yesus dan bahkan tidak pernah bertemu dengan Yesus dalam hidupnya. Lalu bagaimana mungkin ia membatalkan apa yang jelas-jelas diperintahkan/dilarang oleh Yesus?
Dan jika alasan pembolehan daging babi oleh umat Kristiani didasarkan atas kata-kata Yesus di dalam Matius 15:11 yang berbunyi "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." Maka ayat inipun secara konteks tidak ada kaitan dengan kebolehan memakan daging babi. Ayat ini merupakan penjelasan Yesus yang mengecam perilaku munafik bangsa Yahudi yang mengabaikan ajaran utama Taurat sementara justru mempertahankan adat-istiadat nenek moyang mereka.[]
Dari Tabloid Media Umat Edisi 13
Baca juga:
Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center, Pimpinan Umum Gerakan Muslimat Indonesia
Akhir-akhir ini media masa cetak maupun elektronik dihebohkan dengan berita tentang wabah flu babi. Tak hanya di Indonesia, tapi perbincangan hingga berlanjut pada pengambilan langkah preventif telah dilakukan di berbagai negara.
Perilaku babi
Menarik ketika seorang Imam menjelaskan kepada beberapa orang Barat yang bertanya tentang kenapa Muslim tidak mengonsumsi babi. Bagi muslim, babi adalah haram, bukan karena penyebab dari penggunaan babi dan segala unsurnya, namun hal yang terpenting karena memang Allah SWT telah mengharamkan babi bagi manusia.
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yangjatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala." QS Al Maidah [5]: 3.
Adapun temuan berikutnya yang mengatakan bahwa ternyata babi berefek buruk ini dan itu, maka hal tersebut adalah hikmah dari pelarangan Allah. Bukan alasan bagi pelarangan-Nya.
Kemudian sang Imam ini menunjukkan pada orang-arang Barat tersebut dengan membandingkan perilaku babi dan ayam. Ketika dua ekor ayam jantan dan satu betina dilepas, dua ayam jantan itu akan bertarung hingga salah satu tewas untuk memperebutkan sang betina. Namun apa yang terjadi ketika dua ekor babi jantan dan satu betina diiepas? Ternyata babi jantan yang satu membantu jantan yang lain untuk melaksanakan hajat seksualnya pada si betina. Dan sang Imam pun berkata, "Inilah! Daging babi itu sesungguhnya membunuh 'ghiroh' orang yang memakannya dan ini terjadi pada kaum kalian."
Mengapa Kristen makan daging babi?
Sesungguhnya pelarangan Allah atas babi ini tidak terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW saja, namun pelarangan atas pengkonsumsian babi sudah terjadi sejak dahulu kala. Yang masih terekam adalah pada syariat yang dibawa semasa Nabi Musa, dalam Imamat 11:7-8 yang berbunyi "Jangan makan babi. Binatang itu haram, karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tak boleh dimakan dan bangkainya pun tak boleh disentuh karena binatang itu haram." Larangan serupa juga tercantum di kitab Ulangan 14:8, Yesaya 65:2-4 dan Yesaya 66:17. Dan semua larangan ini masih jelas tertulis dalam kitab 'suci' umat Kristen yang disebut Bibel.
Mengapa Kristen justru memakan daging babi? Pertama, mungkin mereka tidak banyak tahu tentang kitab mereka. Kedua, ayat-ayat Bibel yang dikarang oleh Paulus yang menyatakan bahwa segala makanan adalah suci (Roma 14:20), juga pernyataan yang menyatakan bahwa Yesus telah meniadakan hukumTaurat (Efesus 2:14-15) yang termasuk di dalamnya keharaman daging babi.
Padahal kenyataannya, Yesus sendiri tidak pernah mengatakan demikian. Bahkan di dalam Matius 5:17-20, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa dirinya tidak pernah sedikitpun menghapuskan hukum yang telah ditetapkan di dalam Taurat (Perjanjian Lama). Di lain ayat juga dinyatakan dengan jelas bahwa pengikut Yesus yang setia tetap menjaga diri dari makanan haram dan najis (Kisah Para Rasul 10:14).
Perlu juga diketahui bahwa Paulus adalah bukan termasuk dari 12 murid Yesus dan bahkan tidak pernah bertemu dengan Yesus dalam hidupnya. Lalu bagaimana mungkin ia membatalkan apa yang jelas-jelas diperintahkan/dilarang oleh Yesus?
Dan jika alasan pembolehan daging babi oleh umat Kristiani didasarkan atas kata-kata Yesus di dalam Matius 15:11 yang berbunyi "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." Maka ayat inipun secara konteks tidak ada kaitan dengan kebolehan memakan daging babi. Ayat ini merupakan penjelasan Yesus yang mengecam perilaku munafik bangsa Yahudi yang mengabaikan ajaran utama Taurat sementara justru mempertahankan adat-istiadat nenek moyang mereka.[]
Dari Tabloid Media Umat Edisi 13
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar